Membangun Istana untuk Sang Jodoh


Build a HomeSeorang kawan yang ditakdirkan hingga usianya telah mencapai kepala 4 belum bertemu dambaan hati, datang bertandang ke kantor saya. Disampaikannya bahwa ia berniat untuk mencicil rumah. Waduh, sebuah langkah yang maju saya kira. Ini adalah bentuk rasa optimisme dan sebuah bentuk kepercayaan penuh kepada Tuhan bahwa suatu saat Tuhan akan mengabulkan doa-doa permohonan jodohnya.

Kawan saya adalah seorang yang tak kenal kata putus asa. Menurutnya problema jodoh memang harus dihadapi dengan penuh kesabaran. Kita pun harus siap dengan kehadiran kejutan-kejutan mendadak. Keinginan dia mencicil rumah pun sebenarnya merupakan persiapan menghadapi kejutan mendadak tersebut. Andaikata suatu saat Tuhan memberinya jodoh, paling tidak kawan saya itu tidak akan menemui kesulitan dalam mencari tempat bernaung. Bukankah sebuah rumah telah disiapkan untuk menyambut kehadiran sang jodoh?

Ya, langkah positif kawan saya tadi memang perlu diteladani. Kita patut bersikap optimistis saat menanti kehadiran sang jodoh. Yakinkan diri bahwa sang putri yang sedang berdiam di menara gading, sedang menanti upaya pembebasan dirinya. Dan kelak, bila masa pembebasan itu telah terjadi, kamu harus menyiapkan istana tempatnya bernaung.


Kembali ke kawan saya tadi, pada saat usianya genap mencapai angka 42 tahun jodohnya pun tiba dengan selamat. He-he-hehhh…..

TERKAIT:  Kekuatan Memaafkan

Alhamdulillah, saat memasuki tahun kedua dalam pernikahannya, Tuhan memberikan karunia kepada kawan saya seorang anak lelaki yang ganteng. Ia bisa menghirup nafas dalam-dalam. Bisa dibayangkan, seandainya belum beroleh rumah, dalam usia yang tak lagi muda itu kawan saya tadi masih sibuk mencari rumah kontrakan ke sana ke mari. Paling tidak, untuk saat ini ia dan istrinya hanya berfokus dalam urusan membesarkan sang anak. Problem tentang rumah sudah terpecahkan.

 

Jadi, bagi kamu yang saat ini sudah berpenghasilan, tidak peduli berpenghasilan tetap atau masuk ke dalam kategori tetap berpenghasilan, mulailah menetapkan tekad untuk mencari rumah. Dari pada terus menerus merenungi nasib jomblomu, lebih baik bersikap realistis saja. Segera mengambil langkah yang pasti untuk menyiapkan istana bagi anak dan istrimu kelak. Bila tiba waktunya, dua prestasi sekaligus akan kamu raih dalam waktu bersamaan. Di samping beroleh pendamping, kamu pun bisa sekaligus menyiapkan rumah tempat bernaung keluargamu.

Bagaimana pendapatmu?