Ijazah dan Jodoh Kita


ijazah dan jodohRatusan ribu bahkan jutaan manusia di republik ini berbondong-bondong mencari selembar ijazah. Ada yang berusah mendapatkannya dengan menempuh jalur halal, namun tidak sedikit pula yang menggunakan cara-cara tidak terpuji. Para oknum mencari berbagai cara agar ijazah segera berada dalam genggamannya. Ikhtiar pat gulipat pun dilakukan.

Pelaku tindakan manipulatif ini bukan berasal dari kalangan pelajar sekolah menengah saja. Beberapa oknum akademisi juga tak luput dari godaan perbuatan tidak halal ini. Masih segar dalam ingatan kita bagaimana tiga dosen di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung melakukan plagiarisme dalam disertasi mereka. Pendek kata, segala cara akan ditempuh oleh orang-orang gelap mata, mulai dari tindakan menyontek, mengutak-atik nilai, menyuap, sampai melakukan tindakan plagiarisme. Semuanya dilakukan demi kemilau fatamorgana ijazah.

Sebenarnya hakikat pencapaian ilmu bukan sekedar tertera pada nilai ijazah, melainkan pada terampilnya seseorang dalam menapaki ganasnya kehidupan. Petuah itu pernah saya dengar dari KH Hasan Abdullah Sahal, salah satu pimpinan Pondok Modern Gontor. Jika Anda berkesempatan berkunjung ke pondok pesantren ini pasti akan melihat tulisan lumayan besar: KE GONTOR APA YANG KAMU CARI.


Ya, apa yang dicari? Selembar ijazahkah? Kalau hanya itu yang dicari, kepuasan akan berhenti sampai di situ. Orang-orang seperti ini tak akan memanfaatkan celah dan ruang di luar kelas untuk belajar. Padahal, sejatinya ruang-ruang di luar kelaslah yang memberikan soft skill kepada kita. Dan sebenarnya, soft skill itulah yang menjadi bekal utama hidup kita.

TERKAIT:  Jangan Sepelekan Kekuatan Sebuah Doa

Dalam urusan jodoh pun demikian. Cepat tidaknya jodoh masuk ke dalam kehidupan kita salah satunya ditentukan oleh soft skill kita. Keterampilan itu akan hadir dalam kehidupan kita jika kita belajar dan terus belajar pada setiap kesempatan. Kita belajar dari penolakan yang kita terima. Kita juga belajar dari pelecehan yang menimpa diri kita. Semua yang tidak menyenangkan itu justru yang menjadikan kita lebih arif dan bijaksana. Oleh karena itu, saat mencari jodoh, jangan sekali-kali berputus asa bila kita mengalami kegagalan.

 

Sesungguhnya Tuhan sedang membesarkan kita melalui rangkaian kegagalan tersebut. Tak ada kesuksesan tanpa diawali kegagalan. Gagal mempersunting Dewi coba menjalin hubungan dengan Siti. Gagal dengan Siti coba cari peluang agar bisa mempersunting Markonah.

Universitas kehidupan ini tak menyediakan selembar ijazah. Hakikat ijazah itu tertera pada kayanya pengalaman kita. Semakin berani berhadapan dengan kenyataan hidup maka semakin kayalah pengalaman kita. Di situlah sebenarnya nilai kita itu berada.