Punya Anak Bikin Repot Kita Saja, Benarkah?


Punya Anak Bikin Repot Kita SajaBeberapa tahun silam saya membaca sebuah laporan di harian Kompas tentang adanya beberapa pasangan suami istri yang tidak menghendaki hadirnya keturunan dalam bahtera pernikahan mereka. Pasangan-pasangan ini menempuh karier yang sukses dan bergelimang harta hanya untuk kesenangan mereka berdua. Bagi mereka kehadiran anak dalam perkawinan merupakan kendala dalam menikmati indahnya hidup. Menurut mereka, mengurus anak adalah aktivitas yang sangat tidak menyenangkan karena menghalangi kemesraan berdua. Benarkah begitu?

Fenomena ini berkembang pesat di beberapa negara manca. Tentu saja hal ini cukup merepotkan pemerintahan setempat. Di Singapura laju pertambahan penduduk berusia muda demikian lambatnya sampai-sampai Perdana Menteri menyediakan  hadiah kepada warganya yang punya anak. Ya, Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, memberikan prioritas dan berbagai kemudahan dalam mendapatkan tempat tinggal bagi keluarga yang memiliki anak berusia di bawah 16 tahun. Bagi pasangan yang mengalami kesulitan pembiayaan dan perawatan di saat hamil, Perdana Menteri  menyediakan keringanan biaya hingga 75 persen dari biaya  persalinan dan fertilisasi in-vitro di Rumah Sakit Umum. Pemerintah Singapura tentunya menyediakan paket-paket menarik lainnya bagi warga warga negaranya yang bersedia untuk punya anak.

Saya tidak akan mengatakan bahwa pasangan yang tidak menghendaki kelahiran anak masuk dalam kategori kelompok sesat. Pendapat mereka yang menyebutkan bahwa anak menjadi penghalang dalam kehidupan perlu kita hargai bersama. Negeri ini adalah negeri yang demokratis sehingga setiap orang berhak untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing. Namun demikian, sebagai seorang yang telah sekian tahun membina rumah tangga, saya juga ingin berbagi cerita tentang kenikmatan berumah tangga dengan kehadiran anak-anak dalam kehidupan saya.


TERKAIT:  Melacak Mantan, Awas Kebablasan!

Dilihat sepintas lalu, memang sangat repot mengurusi anak, apalagi jika mereka masih bayi atau balita. Alhamdulillah, Tuhan memang mahaadil. Di samping kerepotan yang diterima itu, Dia juga menciptakan hubungan kasih sayang yang mendalam di antara anak dengan ayah bundanya. Dan efek dari kasih sayang itu timbullah kenikmatan luar biasa manakala kita bercengkrama dengan anak-anak kita.

Sepulang kerja, rasa capek itu hilang tiba-tiba ketika beradu tatap dengan anak-anak. Rasa lunglai, sedih, gundah gulana hilang seketika saat menimang mereka. Begitulah pengalaman yang saya rasakan selama ini.

 

Saat ini dua anak saya sedang menuntut ilmu di luar kota. Kenikmatan itu timbul manakala mengenang masa-masa kebersamaan kami. Dan ketika mereka berlibur sehingga kami bisa berkumpul dan bercanda kembali, kenikmatan itu hadir tanpa bisa saya ungkapkan dengan kata-kata.

Tentu saja pengalaman saya ini memang sangat personal sifatnya. Belum tentu orang lain beroleh kebahagiaan sebagaimana yang saya rasakan. Tetapi, saya meyakini bahwa Tuhan menghadirkan anak-anak dalam perkawinan kita semata-mata demi kebahagiaan kita juga.

Hingga hari ini saya merasakan bahwa anak-anak adalah anugerah terindah yang saya terima dari Allah SWT. Tumpukan harta, seberapa pun banyaknya, tak ada nilainya dibandingkan dengan anak-anak saya. Jika dihadapkan pada dua pilihan antara memilih karier atau anak-anak saya, maka dengan tegas saya katakan bahwa saya jauh memilih anak-anak saya. Saya berani mengatakan demikian karena sudah merasakan betapa nikmatkanya berada di tengah-tengah mereka.

TERKAIT:  Ciuman Seharga 5 Juta Rupiah

Kembali ke pembicaraan tentang pasangan yang tidak menghendaki kehadiran anak-anak dalam pernikahan mereka. Mungkin mereka berpendapat seperti itu karena mereka belum pernah mengalami seperti yang saya rasakan. Dengan demikian, ketika kamu sudah mengikrarkan niat, mengajak jodohmu ke pelaminan, segera tetapkan juga niat untuk menghadirkan celoteh anak-anak kalian dalam rumah tangga tersebut.

Anak adalah permata paling berharga yang nilai kenikmatan atas kehadirannya sangat tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.