Ngungkit Aib Masa Lalunya, Ngapain?!


Ngungkit Masa Lalu, NgapainSetiap orang memiliki masa lalu yang tak selalu cemerlang. Ada kalanya masa lalu itu buram, kelam, penuh noda yang tak bersih dibilas dengan deterjen merk terkenal sekalipun. Sepintar apa pun kita melakukan pencitraan terhadap diri kita, masa lalu itu akan selalu menyambangi kita dalam keadaan polos, jujur, dan tampil apa adanya.

Tak perlu berkecil hati jika ternyata masa lalu itu menjadi aib kita karena setiap manusia yang hilir-mudik di muka bumi ini hidup bersebelahan dengan aibnya masing-masing. Sebaliknya, janganlah sok suci. Bukan pada tempatnyalah jika kita alpa terhadap aib sendiri tetapi selalu mengungkit-ngungkit masa lalu atau aib pasangan kita.

Bisa jadi masa lalu kita dulu demikian baiknya, tapi bisa saja makin ke sini bukannya makin baik malah sebaliknya. Bisa jadi pula masa lalu pasangan kita penuh aib tapi makin ke sini perangainya kian baik sehingga secara berangsur-angsur kebaikannya dapat menetralisasi aib masa lalunya itu.


Jadi, perjalanan siapa sesungguhnya yang lebih baik? Apakah perjalanan hidup pasangan kita yang beralih dari buruk menjadi baik ataukah perjalanan hidup kita yang berawal baik tetapi makin ke sini malah bertambah buruk? Makanya, gak usah ngungkit-ngungkit masa lalu pasangan kita. Alangkah eloknya jika kita selalu berusahan menutupi aib masa lalu pasangan kita.

TERKAIT:  Bolehkah Kawin Gantung?

Pada dasarnya aib siapa pun wajib kita tutupi. Lebih-lebih aib orang-orang terdekat kita. Rasulullah SAW memberikan teladan tentang bagaimana sebaiknya kita menutupi atau mencegah agar orang lain tidak jatuh terpuruk pada aibnya sendiri. Silakan simak kisah berikut ini.

 

Syahdan, ba’da melaksanakan salat asar berjamaah di Masjid Quba, Rasulullah SAW beserta para jamaah lainnya menerima undangan seorang sahabat untuk menikmati kudapan berupa olahan dari daging unta. Ada hal yang mengganggu hidung para jamaah ketika suapan demi suapan hidangan lezat tersebut masuk ke mulut masing-masing. Rupanya ada seorang jama’ah yang sakit perut dan belum sempat membuang hajatnya. Gas yang berputar dalam rongga lambungnya pada akhirnya membebaskan diri di luar kesadaran si empunya perut. Para mustami makan berjamaah pun kemudian saling beradu pandang.  

Menjelang waktu magrib tiba, Rasulullah pun berkata, “Barangsiapa yang makan daging unta, hendaklah ia berwudu!” Seluruh jamaah pun kemudian berdiri lalu mengambil air wudu. Maka selamatlah muka orang yang buang angin tadi dari rasa malu yang berkepanjangan. Begitulah cara cerdas Rasulullah dalam mencegah sahabatnya agar tidak jatuh pada aib tak berkesudahan.