Lee Kuan Yew, Meritokrasi, dan Jodoh


Lee Kuan Yew, Meritokrasi, dan JodohSumpah! Kata meritokrasi ini sama sekali tidak berkaitan dengan labil ekonomi ataupun statutisasi kemakmuran yang nyaris mengkudeta hati Vicky Praseyo. Kata “aneh” itu saya peroleh saat membaca berita tentang kehidupan Lee Kuan Yew yang beberapa waktu lalu merayakan ulang tahunnya yang ke-90.  Pendiri Singapura ini lahir  16 September 2013.


Menurut Wikipedia, meritokrasi berasal dari kata merit atau manfaat, yang merujuk kepada bentuk sistem politik yang memberikan penghargaan lebih kepada mereka yang berprestasi atau berkemampuan. Singapura dengan Lee Kuan Yew-nya merupakan contoh nyata dari praktik bernegara dengan menggunakan pendekatan meritokrasi.

Meritokrasi telah mengantar Singapura ke dalam jajaran negara termaju di dunia. Inilah yang diakui oleh Lee Kuan Yew sebagai hal terbaik yang telah dicapai sepanjang sejarah hidupnya.

 

Lee adalah sosok tegas. Ia tidak selalu mengikuti kemauan seluruh lapisan masyarakat Singapura, namun mengetahui pasti mengenai apa yang harus dilakukan dirinya dan rakyatnya. Berkat optimisme serta sikap konsistensinya dalam memegang prinsip tersebut, Singapura akhirnya mengalami kemajuan seperti yang kita saksikan pada hari ini.

TERKAIT:  Jangan Katakan Tidak pada Internet

Di dalam kehidupan sebuah keluarga, saya rasa kita pun merindukan sosok seorang pemimpin yang mengetahui benar mengenai apa yang harus dilakukan oleh anggota keluarganya. Terutama untuk urusan jodoh. Sang pemimpin keluarga diharapkan bisa bersikap tegas dalam memilih dan menentukan pasangan hidup bagi anak-anaknya.

Mohon maaf jika pendapat saya ini sangat kontroversial. Kesimpulan itu muncul begitu saja saat menyaksikan beberapa pasangan yang hanya mampu bertahan membina rumah tangganya dalam beberapa bulan saja. Padahal proses berpacarannya berlangsung selama bertahun-tahun.

Sebagai anak muda yang dangkal pengalaman, kadang kita salah pilih dalam menentukan pasangan. Alasan inilah yang menjadi sebab perlunya sosok seorang bapak yang tegas dalam menentukan jodoh anaknya. Seorang pemimpin rumah tangga yang tegas mengetahui betul kapan keinginan anaknya itu harus diiikuti dan kapan harus diabaikan.

Jodoh bukanlah sarana untuk bermain-main. Jodoh berhubungan langsung dengan sukses tidaknya masa depan rumah tangga kita. Karenanya, dalam menentukan jodoh kita sangat memerlukan seseorang yang bisa bersikap tegas seperti Lee Kuan Yew; yang mengetahui betul jalan yang sebaiknya kita tempuh.