Adakah Cinta yang Tak Pernah Berakhir?


Adakah cinta yang tulus kepadaku?
Adakah cinta yang tak pernah berakhir?

Para ABG di era 90-an pasti masih mengenal lirik lagu Selalu Selamanya yang dilantunkan Fathur Java Jive tersebut. Lirik lagu ini memang cukup menghanyutkan; mengandung dan mengundang pertanyaan sangat hakiki: Adakah cinta yang tak pernah berakhir?

Mungkin hanya cinta Tuhan yang tak kan pernah berakhir. Cinta manusia selalu ada batasnya, terlebih jika cinta itu hanya sebatas fisik semata.


Gebetanmu saat ini tengah menjadi bintang yang paling bersinar di kampusmu. Coba tunggu dirinya saat usianya sudah berkepala empat. Mungkin saat ini kamu begitu menderita karena cintamu ditolak mentah-mentah oleh dirinya. Gak usah gusar dan berkecil hati. Ketika kamu bertemu kembali dengannya dua puluh lima tahun kemudian, saya yakin getarannya akan lain. Bahkan, kamu akan bersyukur karena penolakannya.

Saya mendapati sebuah kisah menarik Bung Karno melalui penuturan Cindy Adams. Ketika masih duduk di bangku HBS (Hogere Burger School) di Surabaya, Bung Karno begitu kesengserem pada Mien Hessels, seorang gadis Belanda. Gadis ini boleh dikatakan sebagai bintang di HBS waktu itu. Lelaki mana yang tak terkesiap beradu pandang dengan nonie Belanda yang satu ini.

 
TERKAIT:  Setelah Kelak Berumah Tangga, Kamu Mendambakan Anak yang Saleh, Khan?

Begitu istimewanya nama Mien Hessels dalam lubuk hati Soekarno. Di usianya yang masih 18 tahun, Soekarno memuja Mien Hessels sebagai kembang tulip berambut kuning dan berpipi merah merona laksana mawar bertahtakan embun pagi. Kulitnya halus selembut kapas. Rambutnya pirang, ikal mayang. Soekarno bahkan merasa rela mati untuk mendapatkan gadis pujaannya itu.

Malang nian Soekarno muda. Ketika memberanikan diri melamar sang nonie Belanda itu, ia didamparat ayah sang gadis. Bahkan, dikata-katai sebagai inlander dan binatang kotor. Sukarno angkat kaki dengan perasaan sangat terhina. Peristiwa itu terus melekat sepanjang hidupnya.

Dua puluh tiga tahun berlalu. Sukarno sendiri sudah menjelma menjadi tokoh pergerakan kemerdekaan bagi bangsanya. Suatu sore di tahun 1942, ketika sedang berjalan-jalan di suatu jalanan di Jakarta, ia mendengar seorang perempuan memanggil namanya, “Sukarno?” Berpalinglah Soekarno ke arah pemanggil seraya menjawab, “Ya, saya Sukarno.”

Perempuan itu tertawa cekikikan, “Dapatkah kau menerka siapa saya?” Soekarno memandangi wanita berbadan besar, jelek, tak terpelihara. “Tidak, Nyonya… saya tidak dapat menerka, siapakah Nyonya?” Wanita itu kembali tertawa cekikikan sebelum menjawab, “Mien Hessels!” dia terkikik lagi.

Soekarno pun menarik napas dalam-dalam sambil bergumam, “ Mien Hessels! Bidadariku itu kini sudah berubah menjadi perempuan mirip tukang sihir, gembrot, buruk, dan kotor….!” Ia pun bersyukur atas caci maki yang telah dilontarkan ayah Mien Hessels dulu. Sesungguhnya suatu rahmat Tuhan yang tiada bandingannya.

TERKAIT:  Buanglah Mantan pada Tempatnya!

Ya, jika cinta hanya sebatas fisik semata, kamu harus siap-siap dibuat kecewa karenanya. Tataplah masa-masa sekian puluh tahun ke depan. Kamu akan menyaksikan, dengan mata dan kepalamu sendiri, betapa pasanganmu dalam kondisi tidak sesejuk hari ini. Mungkin badanya akan tambah subur karena terlalu sering menghabiskan makanan anakmu yang bersisa ketika disuapi. Bagi kalian para cewek, kamu pun harus siap menghadapi kenyataan perut pasanganmu yang kian buncit dan kepalanya yang makin botak.

Sekali lagi saya katakan, kalau cinta hanya sebatas fisik semata, kamu akan dibuat kecewa karenanya. Cinta sebatas fisik semata akan berakhir di ambang batas raga yang semakin renta dan usia kalian berdua yang kian uzur.

Perjalanan cinta memang mirip jogging track yang harus kita lewati tiap pagi. Ada kalanya kita merasa capek ketika melakukan lari pagi, sementara track belum terlalap secara keseluruhan. Di samping kiri-kanan kita, orang-orang tampak berjalan kaki dengan ringanya. Akankah kita tergoda untuk berhenti di tengah jalan lalu bergabung dengan para pejalan kaki itu?

Adakah cinta yang tak pernah berakhir? Segalanya bergantung kepada kita, kepada komitmen kita.