Video Mesum Pelajar SMP


Menyaksikan tayangan video berisi adegan mesum yang dilakukan oleh sepasang siswa sebuah SMP di Jakarta, perasaan ini serasa teriris-iris. Setiap manusia normal tentu menyukai adegan itu. Tapi, bagi seorang bapak dari tiga anak yang sedang menginjak masa remaja, seperti saya, perasaan ini begitu pilu rasanya. Seakan disayat ribuan sembilu.

Kalian, anak-anak muda, yang sedang menata masa depan dan sedang berjuang mencari pasangan, tentu belum merasakan rasa pilu seperti yang sedang saya rasakan pada hari ini. Tapi, sadarilah bahwa perasaan itu akan datang pada waktunya. Yaitu, ketika statusmu telah berubah menjadi seorang ayah ataupun ibu.


Silakan bayangkan jika kelakuanmu saat ini sama halnya dengan dua pelajar SMP yang berlainan jenis itu. Apa yang bakal kamu nasihatkan kepada anak-anakmu kelak? Sebelum nasihat itu keluar dari mulutmu, kamu akan merasa malu sendiri. Masa mudamu tak bisa dijadikan teladan oleh anak-anakmu.

Sesungguhnya prilaku masa mudamu saat ini adalah doa bagi anak-anakmu kelak. Ketika hidupmu hari ini bersih dari perbuatan mesum, maka dengan berani kamu pun bisa membimbing, menasihati, dan mengarahkan anak-anakmu untuk menjauhi perbuatan amoral. Inilah yang akan mengantar terkabulkannya doamu agar beroleh anak-nak saleh dan berakhlaqul karimah.

 
TERKAIT:  10 Tips agar Bisa Balikan sama Mantan

Apa jadinya jika anak-anakmu menerima nasihat darimu yang sesungguhnya bermental bobrok sekaligus amoral? Maka sebelum penyesalan itu datang, jagalah diri dan pribadimu dari setiap perbuatan tercela.

Sebelum menasihati anak-anak masa depanmu, nasihatilah dirimu sendiri. Jodoh mungkin masih dalam tanda tanya besar tapi tidak ada salahnya jika memulai sebuah persiapan, sebuah rencana untuk mendidik anak-anakmu. Langkah awal yang mesti dikerjakan sebelum menasihati anak-anakmu adalah menasihati dirimu sendiri. Selanjutnya,  jauhilah setiap perbuatan asusila yang diharamkan oleh agama yang kita anut.

Hari ini anak-anak saya sedang berhadapan dengan situasi penuh krisis teladan. Apalagi anak-anakmu kelak. Kamu harus berani menunjukkan figur sang teladan itu. Siapakah dia? Kamu, ya, kamu sendirilah sang teladan itu. Kamulah yang kelak berani mengatakan “follow me!”  kepada anak-anakmu.