Senang Melihat Orang Susah; Susah Melihat Orang Senang


Senang Melihat Orang Susah; Susah Melihat Orang SenangSaya sedang mengidap suatu penyakit. Anehnya, tak satu pun dokter yang mampu menuliskan resep obatnya. Gejala yang saya rasakan, antara lain, jika melihat orang lain berhasil, perasaan ini tercabik-cabik. Sebaliknya, jika orang lain menderita, hati ini rasanya senang dan berbunga-bunga. Pokoknya SMS, alias Senang melihat orang lain susah dan Susah melihat orang lain senang.

Dilihat sepintas lalu, penyakit ini tidak begitu berbahaya. Namun jika diteliti secara saksama, sebenarnya penyakit ini sangat berbahaya bagi organ tubuh saya. Terutama bagi jantung. Bagaimana tidak, setiap melihat orang lain berhasil dalam hidupnya, jantung ini berdebar dengan kencangnya. Bahkan, seperti mau copot. Pokoknya tidak terima dengan segenap prestasi dan setiap keberhasilan tetangga, teman, lebih-lebih dengan para pesaing saya.

Penyakit apa ini sebenarnya? Saya coba telusuri dengan cara googling. Tapi, tetap tidak bisa menemukan nama penyakitnya. Sampai akhirnya saya mendapatkan nama sebenarnya dari jenis penyakit tersebut dalam sebuah pengajian. Ya, saya konsultasikan penyakit saya tersebut. Saya jelaskan secara mendetail mengenai gejala-gejalanya kepada seorang ustad.


“O, itu namanya penyakit hasud alias dengki,” kata sang ustad.

“Hati-hati dengan penyakit ini, sebab tingkat bahayanya bukan saja dirasakan saat hidup. Ketika kita tiba di alam kubur bahkan sampai di yaumil akhir nanti, penyakit ini akan menyebabkan kita terjerumus dalam azab yang sangat pedih,” lanjutnya lagi.

 
TERKAIT:  Siapa Aku, Siapa Kamu, Siapa Saja!

“Lantas bagaimana untuk menghilangkan penyakit ini, Ustad?” tanya saya dengan penuh ketakutan.

“Ikhlas saja setiap melihat orang lain berhasil dalam hidupnya. Sebab, jika tidak ikhlas, hati kita akan gundah gulana dibuatnya. Selanjutnya, kita akan dilanda rasa susah tanpa sebab-sebab yang jelas. Rasa susah itu akan mengundang berbagai penyakit lanjutan, baik penyakit lahir maupun penyakit batin,” tegas Pak Ustad.

Ah, sudahlah. Jika kamu saat ini sedang merasakan penyakit dengki seperti yang sedang saya rasakan, ikhlas  saja setiap melihat keberhasilan orang. Tetangga depan rumahmu diapeli, ya ikhlas saja. Sainganmu dilamar orang, ya ikhlas juga. Temanmu berganti sepeda motor, mau apa lagi? Ya, ikhlas saja. Sebab, jika tidak ikhlas, sebagimana tadi disebutkan oleh Pak Ustad, penyakit dengki ini dapat mengundang penyakit lanjutan. Baik yang sifatnya penyakit lahir maupun penyakit batin. Belum lagi kita harus berhadapan dengan azab pedih sebagai bentuk konskuensi atas tindakan dan perbuatan kita yang berbau dengki tersebut.

Mari hindari dengki, lalu belajar ikhlas bersama saya.