Susi


Susi
Foto: Tempo

Saya tidak akan larut dalam polemik tentang Menteri Kelautan dan Perikanan yang baru saja dilantik oleh Jokowi. Silakan alamatkan segala rasa senang atau tidak senang Anda kepada perempuan kelahiran Pangandaran 49 tahun silam ini. Susi Pudjiastuti memang sosok kontroversial. Tapi, sekali lagi saya tegaskan, saya tidak mau terjebak di antara dua kubu yang menolak dan menerima kehadirannya dalam Kabinet Kerja Jokowi-JK.

Daripada tenggelam dalam debat kusir yang tak jelas juntrungannya, lebih baik kita buka saja lembaran pengalaman Susi ketika bencana tsunami hebat mengguncang kawasan Aceh tahun 2004 silam. Waktu itu, pesawat milik Susi lah yang pertama mendarat di Simeulue, sebuah kawasan bencana di NAD yang sebelumnya tak mendapatkan bantuan sosial dari lembaga atau instansi mana pun. Dengan sembako, obat-obatan, serta peralatan bantuan lainnya, Susi mencoba meringankan beban derita para korban bencana dahsyat tersebut.

Berhubung semua bahan kontak yang dibawanya telah tersalurkan kepada korban bencana, Susi pun berniat membawa kembali pesawatnya ke home base-nya. Bekal pribadinya pun kian menipis, sehingga Susi memutuskan segera kembali pulang. Namun, sebelum niatnya itu terlaksana, beberapa NGO dari luar negeri yang juga melibatkan diri dalam penanggulangan bencana tsunami Aceh, mencoba membujuk Susi agar mau meminjamkan pesawatnya tersebut. Mereka bersedia membayar berapa pun yang diminta oleh Susi.


TERKAIT:  Passion, Gairah, Semangat, Keinginan Besar, Renjana

Pengalaman inilah yang kemudian membuka cakrawala pikiran Susi untuk terjun dalam bisnis pesawat carteran. Sebelumnya, pesawat-pesawat itu hanya berfungsi sebagai alat angkut lobster-lobster hasil tangkapan para nelayan untuk dipasarkan di Jakarta serta kota-kota besar lainnya.

Saya yakin, ketika Susi menyingsingkan lengan bajunya membantu para korban tsunami, tak terbersit sedikit pun niatnya untuk mengambil untung dari penderitaan mereka. Tapi, Tuhan memang mahaadil. Dia akan senantiasa mencatat dan membalas segala kebaikan makhluk-Nya. Terbukti, setelah membantu para korban bencana tsunami, usaha Susi semakin meroket. Dari tadinya hanya memiliki 2 pesawat, kini armada penerbangan Susi Air telah memiliki 80 pesawat.

 

Niat Susi dalam mendedikasikan segenap kemampuannya kepada bangsa dan negara, saya kira, tak jauh beda dengan nawaitu Ahok ketika maju dalam Pemilukada. Semuanya didasari niat ikhlas untuk mengubah nasib bangsa kita yang sering salah urus.

Semua niat baik selalu berdampingan dengan pahala yang datangnya tidak diduga-duga. Susi maupun Ahok telah panen kebaikan atas kebaikan yang pernah ditebarkannya. Jika kita meyakini bahwa jodoh yang kita nantikan adalah sebuah bentuk balasan atas kebaikan yang pernah kita lakukan, maka janganlah berhenti untuk menebar kebaikan tersebut. Kepada siapa pun. Yakinlah pada suatu hari jodohmu akan datang menemuimu.

TERKAIT:  Mencari Jodoh di Pesantren

Tuhan maharahman. Dia akan memerhatikan dan membalas setiap detil kebaikan yang pernah dilakukan oleh makhluk-Nya. Dia akan tetap peduli sekalipun ternyata makhluk-Nya itu seorang perokok, bertato di tungkai kakinya, urakan, bersuamikan orang asing, atau hanya sekedar perempuan dropout kelas 2 SMA.