Kang Komar dan Dominasi Istri


Kang KomarPara penggemar sinetron Preman Pensiun tentu tidak asing lagi dengan tampilan tokoh sangar namun lebay. Siapa lagi kalau bukan Kang Komar. Tokoh Kang Komar, selain sangar dan lebay, juga digambarkan sebagai sosok yang sangat takut istri. Di pasar, bolehlah dia ditakuti para pedagang tapi di rumah, Kang Komar benar-benar tidak bisa berkutik. Tekuk lutut di sudut kerling sang istri.

Saya kira, di seantero kolong langit ini masih banyak komar-komar lainnya. Ditakuti bawahan; disegani kawan dan lawan tetapi di rumah tak berdaya sama sekali. Seluruh gerak hidupnya di-remote control oleh istrinya.

Sehatkah hubungan seperti ini? Tentu saja tidak. Dalam Majalah Lentera Jiwa yang diterbitkan oleh RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang saya pernah membaca sebuah artikel yang menyatakan bahwa dominasi salah satu bagian dari pasangan suami – istri  dapat berakibat pengabaian terhadap satu di antara pasangan tersebut.


Seorang isteri yang bersemangat menentukan segalanya dalam kehidupan berumah tangga, akan membuat suami menjadi tergantung. Sementara itu, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak mandiri.

Harap diingat, sikap ini akan berdampak terhadap perkembangan anak. Mereka akan tumbuh menjadi seorang yang tak bisa mandiri. Mereka tidak dapat lepas dari sang ibu yang selalu membantunya dalam segala hal.

 
TERKAIT:  Jangan Katakan Tidak pada Internet

Dampak lain yang akan dirasakan, antara lain, anak akan lebih mengidolakan sang ibu yang dianggapnya serba bisa. Sementara di sisi lain anak cenderung meremehkan sang ayah. Akibatnya, wibawa ayah tak lagi berarti di mata anak. Karena melihat contoh pernikahan kedua orangtuanya, keadaan ini biasanya akan terbawa dalam pola perkawinan si anak kelak.

Menurut artikel yang saya baca tersebut, istri yang cenderung lebih dominan daripada sang suami kadang bukan merupakan sebuah kesengajaan. Jadi, perlu ada komunikasi untuk membangun kesetaraan.

Selanjutnya, apakah yang mesti diperbuat agar rumah tangga kembali harmonis?

Untuk istri, cobalah berikan kesempatan pada suami untuk mengambil keputusan. Ajaklah suami berbicara. Dukunglah untuk mulai berpikir bijaksana, sehingga rasa percaya diri dan harga diri suami mulai tumbuh.

Untuk suami, jangan sok gengsi, mulailah mengajak istri berkomunikasi. Bisa jadi ini bukan merupakan kesengajaan. Istri tidak menyadari sikap dominannya. Ingat, jika tidak segera diatasi, kemelut ini akan semakin berlarut-larut lalu berdampak negatif terhadap wibawa atau harga diri Anda sebagai suami.

Mulai saat ini, ambil alihlah secara perlahan namun pasti seluruh peran yang memang semestinya dilakukan oleh seorang suami, khususnya yang menyangkut keputusan keluarga. Namun demikian, segala hal yang telah dirintis dan dilaksanakan oleh istri harus tetap dihargai. Berilah pengertian secara bijaksana kepada sang istri bahwa seorang suami mempunyai tanggung jawab yang lebih besar, bahkan jauh lebih besar dari yang dibayangkannya.

TERKAIT:  In The Name of Harmony

Semoga nasihat ini akan berguna bagi Bro dan Sis yang sedang mencari jodoh, juga bagi yang sedang berancang-ancang membina rumah tangga. Semoga berguna pula bagi Anda yang telah terjun dalam mahligai rumah tangga. Amien.