Belajar Berbaik Sangka kepada Tuhan


Belajar Berbaik Sangka Kepada TuhanSudah seminggu ini saya belajar berbaik sangka kepada Tuhan. Praktik ini dilakukan setelah ustadz dalam suatu pengajian menerangkan bahwa Allah berkeputusan sesuai dengan prasangka umatnya. Dalil itu bersumber dari sebuah hadits qudsi yang berbunyi: “Aku (tergantung) persangkaan hamba-Ku kepada-Ku.”

Seminggu ini saya bekerja seperti dikejar setan. Selalu dihadapkan pada tenggat waktu yang sangat ketat. Banyak direktif yang diterima dan harus tuntas dalam hitungan jam bahkan ukuran menit.

Saya coba mengatasi semua itu sejalan dengan petuah ustadz dalam pengajian yang saya ikuti tersebut. Keyakinan saya tingkatkan bahwa Allah akan memberi pertolongan tepat waktunya. Alhamdulillah, semua terjadi sesuai dengan prasangka saya kepada-Nya.


Sesulit apa pun problema yang dihadapi, saya coba untuk selalu berprasangka bahwa itu semua Allah persiapkan demi kebaikan kehidupan saya dan keluarga.

Saya kemudian teringat teman saya. Saat ini dia sedang dilanda penyesalan luar biasa terhadap ucapan dan tindakan yang dulu pernah dilakukannya. Katanya dulu, ketika bolak-balik ditolak cinta dan pernah sekali ditolak lamarannya secara mentah-mentah oleh seorang cewek, dia pikir Allah tidak pernah berpihak kepadanya.

 

“Allah sungguh tidak adil. Mengapa Allah mengaruniai saya wajah yang tidak tampan. Mengapa Allah memiskinkan prestasi dalam kehidupan saya. Seandainya yang dialami merupakan kebalikannya, tentu saya akan menjadi pujaan banyak perempuan sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mencari jodoh,” teriaknya waktu itu.

TERKAIT:  Sampai Kapan Pun Kaum Lelaki Akan Tetap Jadi Anak-anak

Ternyata, Allah sedang membuat rencana besar. Dan semua itu demi kebaikan dirinya. Hari ini dia memetik semua kemahabesaran-Nya. Dia bersanding dengan seorang istri yang sekalipun belum bisa dikatakan sempurna namun prilakunya tidak pernah neko-neko. Dia mendoakan istrinya agar kelak menjadi ahli syurga, mengingat dia tidak mampu membalas segala kebaikannya.

Allah rupanya mahatahu bahwa jika dia menikah dengan perempuan-perempuan yang menolaknya itu, kebahagiaan yang dirasakannya tidak akan sedahsyat seperti yang sedang dinikmatinya saat ini.

“Terus terang saya jadi malu karenanya. Insya Allah, setelah ini apa pun yang menimpa saya akan saya yakini bahwa itu semua berada dalam koridor skenario-Nya. Saya yakini bahwa Allah sedang merencanakan sebuah mahakarya demi kebahagiaan saya,” terangnya.