Carilah Informasi yang Paripurna tentang Calon Suamimu


woman in sad moodSedikit saya bercerita tentang nasib anak kerabat saya yang lama hidup menjanda. Empat belas tahun yang lalu dia menjalin hubungan dekat dengan seorang pemuda cukup tampan dan parlente. Hubungan dekat ini kemudian berlanjut pada keinginan si pemuda tadi untuk mempersunting anak kerabat saya. Dia mengaku masih perjaka tulen alias belum pernah menikah sekali pun.

Melihat  sikap sopan-santunnya dan mendengar kesungguhan untuk menikahi anaknya, kerabat saya dengan serta merta menanggapi niat si pemuda tadi. Apalagi anak gadis kerabat saya ini usianya telah menjelang kepala tiga. Orang tua mana yang tidak merasa khawatir akan keberadaan anaknya jika sudah sekian lama belum jua dipinang orang.

Seminggu kemudian orangtua si pemuda datang lamaran. Singkat cerita, lamaran diterima dan berujung pada penentuan hari pernikahan.


Dan pesta pernikahan pun berlangsung dengan meriah. Undangan datang membludak, maklum ini merupakan pesta pernikahan pertama dalam keluarga kerabat saya tadi.

Beberapa hari kemudian bertamulah seorang kenalannya. Ia bercerita bahwa dirinya bertetangga dengan  besan kerabat saya tersebut. Ia pun  bertanya mengapa dengan mudahnya menerima lamaran pemuda itu.

 

“Tidakkah terpikirkan untuk menggali informasi tentang dirinya terlebih dahulu?”tanyanya.

Kerabat saya seakan terhenyak mendengar pertanyaan cukup menohok itu. Meskipun demikian, kerabat saya tetap berpositif thinking; tetap berpegang teguh pada pendirian bahwa mantunya adalah orang baik-baik.

TERKAIT:  Apakah si Do’i Soul Mate Kamu?

Dan pernikahan pun kemudian memasuki bulan ketiga. Barulah terkuak fakta, ternyata mantu kerbat saya sebenarnya ketika melangsungkan pernikahan dengan anaknya bukanlah seorang perjaka. Tidak main-main, sebelumnya dia sudah dua kali menikah. Tragisnya, dalam perjalanan nikah-cerainya dia selalu meninggalkan seorang anak. Dan, saat proses ijab kabul dengan anak kerabat saya tadi, sebenarnya ia masih menyandang satus suami bagi seorang isteri.

Beberapa tahun kemudian hal buruk itu juga menimpa anak dari kerabat saya. Dia begitu saja ditinggal pergi. Tak lama kemudian tersiar kabar bahwa mantu kerabat saya itu telah menikah lagi.

Sister, dari kisah nyata yang saya uraikan tadi semoga kamu bisa menarik suatu hikmah tentang pentingnya mengetahui asal-usul dan seluk-beluk calon pasanganmu. Kamu boleh mabuk kepayang karena cintanya. Namun demikian, sebaiknya logikamu pun tetap harus jalan. Alangkah elok, jika kamu terlebih dahulu menggali  informasi tentang dirinya dan keluarganya seoptimal mungkin. Saya sangat-sangat tidak berharap  nasib tragis yang menimpa anak kerabat saya juga menimpa dirimu.